Rabu, 07 Juli 2010

- Prestasi (Go - International) Mahasiswa FTP-UB -

Tiga orang Mahasiwa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) akan mengibarkan bendera almamater dan bangsanya di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Anugerah Dany P (Jurusan Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2008), Fathy F. Bahanan (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007) dan Danial Fatchur R (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007) dinyatakan lolos menuju final dalam ajang kompetisi teknologi pangan internasional yang diselenggarakan oleh Institute of Food Technologists (IFT). Kompetisi yang dikemas dalam "Developing Solutions for Developing Countries" ini secara khusus diselenggarakan oleh IFT Student Association. Kompetisi ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari Annual Meeting and Food Expo yang merupakan kegiatan tahunan IFT. Pada tahun 2010, kegiatan yang akan diikuti kalangan industri, akademisi dan pemerintahan tersebut dipusatkan di McCormick Convention Center, Chicago, Illinois, Amerika Serikat. 





Dalam kompetisi yang mengambil tema "Provide Sustainable, Nutritional and Affordable Food for Family with Small Children" ini, ketiga orang mahasiswa tersebut akan didampingi dosen pembimbingnya dari Jurusan Teknologi hasil pertanian (THP) yang juga anggota IFT, Wenny Bekti Sunarharum, STP, MFoodSt. Mereka akan mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Fighting For Malnutrition in Indonesia By Production of Artificial Rice Based on Arrow Root and Cassava With Addition of Cowpea". 



Dalam penelitian tersebut, mereka membuat beras tiruan dari umbi-umbian dan kacang-kacangan. "Tidak semua umbi-umbian dan kacang-kacangan bisa dimanfaatkan dalam pembuatan beras tiruan ini. Karena itu untuk kacang-kacangan kami hanya menggunakan kacang tunggak sementara untuk umbi kami memakai garut dan singkong", ungkap Anugerah Dany. Dalam memilih ketiga bahan ini, mereka memiliki alasan tersendiri. Untuk singkong dan kacang tunggak misalnya, karena kedua bahan ini berturut-turut memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Sementara untuk garut, pemilihan ini didasarkan pada indeks glicemicyang rendah sehingga bagus untuk penderita diabetes mellitus. "Ketiga bahan ini kemudian kami campur", tambahnya. Untuk beras tiruan ini, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dimanfaatkan adalah karagenan yang berfungsi sebagai pengikat serta sorbitol, sebagai pemanis yang mampu menyerap energi. Untuk memproduksinya, mereka melakukan beberapa proses fisik yakni penepungan, pencampuran, granulasi dan pengeringan. "Untuk mengkonsumsi produk ini, konsumen perlu melakukan rehidrasi/menuangkan air", ujar Danial Fatchur. 



Keunggulan produk tersebut dibanding beras, menurut Danial adalah memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi, lebih mudah dicerna karena serat lebih halus serta proses fermentasi yang lebih cepat. 



Karena keunggulan tersebut, mereka bertiga kemudian berinisiatif untuk menjadikannya sebagai alternatif solusi mengatasi malnutrisi di Indonesia. "Orang Indonesia itu kalau tidak makan nasi merasa belum makan, makanya kami membuat beras artificial ini", ungkap Fathy. Untuk kejadian malnutrisi di Indonesia, ia menyebut beberapa kawasan diantaranya Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan ibu hamil. 



Dalam menyusun proposal penelitian ini, mereka mengaku menghabiskan waktu dua minggu dengan melakukan studi literature. Usai ujian tengah semester ini, mereka akan langsung melakukan uji laboratorium."Penelitian kami ini masih skala laboratorium dengan penonjolan isu pada keamanan pangan", ungkap Anugerah Dany. 



Di Amerika Serikat nantinya, ketiga mahasiswa ini akan berkompetisi dengan lima orang kandidat dimana tiga diantaranya berasal Amerika Serikat sementara sisanya dari berbagai negara di luar negeri Paman Sam ini. Mereka akan memperebutkan hadiah uang tunai dengan total nilai USD 7500. Selain itu, karya tulis pemenang juga akan dimasukkan dalam jurnal pangan internasional. Menurut Fathy, setahun sebelumnya delegasi Institut Pertanian Bogor berhasil meraih juara III dengan mengangkat pembuatan mie jagung untuk mengatasi gizi mikro di Asia Tenggara. Mahasiswa asal University of Wageningen Belanda, tahun lalu berhasil menjadi juara, disusul Mahasiswa Afrika Selatan di posisi ke-II

- Ehm, Kartu nama 1 di Indonesia -

Akhirnya, setelah lama ga nyetak kartu nama, akhirnya terwujud juga..hee. Narsis juga nih, GPP dong. Kata orang2, ga Narsis Ga Eksis..wkwkwk. Menurut kalian, gimana dengan desain kartu nama ini? harapan nya sih..KereeeNN..


Tau ga sih LoE. desain ini dibuat oleh Kakak ku, tapi isi dari tulisan, ide ku.. cukup cemerlang, karena selama ini belum ada desain kartu nama se NasionaLisme seperti ini ya??