Selasa, 17 Agustus 2010

-65 Tahun RI Independent-


     ..MERDEKA..MERDEKA..MERDEKA.. 

Proklamasi  Kemerdekaan, yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus, adalah sebuah peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia . Proklamasi, telah mengubah  perjalanan sejarah, membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan. Merdeka dari segala bentuk penjajahan.

- Pembacaan Teks Proklamasi oleh Soekarno -


Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi Kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi  itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika tetap bekerjasama dengan Jepang.

- Naskah Proklamasi Tulisan Tangan Asli -

Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu, dengan kekuatan sendiri. Lepas sama  sekali  dari campur tangan pemerintah Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada golongan  tua  yang  mendorong  mereka  melakukan “aksi penculikan” terhadap diri Soekarno-Hatta.

- Naskah Proklamasi Diketik Oleh Sayuti Melik -




Koleksi Foto-Foto Going Overseas (Chicago, IL)

-Bersama Penyiar Radio Chicago-


-Pose di Michigan Like, Chicago-


-Indahnya Chicago,IL-


-Lokasi Syuting Transformer 3-


-Bersama Kristen Flesch Panitia Lomba IFT-


-Bersama ibu Konsulat Jenderal RI di Chicago-



Sabtu, 14 Agustus 2010

Dari Kompetisi Teknologi Pangan Internasional di USA

     Selama enam hari (17-23/7), tiga orang mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) berkesempatan mengunjungi Amerika Serikat. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Anugerah Dany P (Jurusan Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2008), Fathy F. Bahanan (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007) dan Danial Fatchur R (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007). Di negeri Paman Sam ini, mereka mengikuti ajang kompetisi pangan internasional yang diselenggarakan oleh Institute of Food Technologists (IFT). Ajang yang dikemas dalam "Developing Solutions for Developing Countries (DSDC)" ini merupakan upaya mendorong penerapan ilmu dan teknologi pangan khususnya pengembangan produk dan teknologi proses guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat negara berkembang. Kegiatan ini, menurut Fathy F. Bahanan merupakan serangkaian dari "Annual Meeting and Food Expo 2010" yang diselenggarakan IFT dengan sponsor utama General Mills Inc. Untuk DSDC, tambah Fathy, seleksi 33 proposal internasional dari 11 negara menyisakan tiga kelompok yang kesemuanya berasal dari Indonesia yakni IPB (2 kelompok) dan Univesitas Brawijaya (1 kelompok). Tampil sebagai pemenang untuk kelompok ini adalah juara I: IPB (Crantz Flakes), juara II: IPB (Zuper), dan juara III: Universitas Brawijaya (Fighting malnutrition through the production of artificial rice).
     Sementara untuk kompetisi nasional Amerika Serikat sendiri, menurut pengamatannya, diikuti bukan hanya mahasiswa program sarjana saja tetapi juga mahasiswa program magister dan program doktor. "Dalam ajang ini mereka mempresentasikan hasil penelitian dan inovasinya terutama berkaitan dengan pangan alternatif untuk negara berkembang di Asia dan Afrika", ujar Anugerah Dany. "Kebanyakan diantaranya makanan tinggi karbohidrat seperti chiki", tambahnya. Untuk juri, kata dia, pihak panitia melibatkan unsur akademisi, peneliti, asosiasi dan industri seperti Angela Mwaniki, PhD (Senior Scientist General Mills) dan Luis Fernandez (Application Technology Leader, Global Food Technology Group, Cargill Food Ingredients and Systems, Belgia).


     Khusus untuk materi dan hasil presentasinya, kepada PRASETYA Online Fathy menceritakan bahwa juri banyak mengkomentasi masalah analisis finansial, kualitas produk, teknologi, harga dan kemungkinan pengembangan ke arah industrialisasi. "Waktu itu juri menanyakan bau langu yang dikeluarkan kacang tunggak sebagai salah satu bahan beras artifisial kami", katanya. Hal ini, imbuhnya, dapat dihilangkan dengan mengecambahkan terlebih dahulu kacang tunggak, sebagai inhibitor yang mampu menghambat bau langu tersebut. "Untuk masalah harga, produk kami memang memiliki harga se-level dengan beras premium, karena lebih menonjolkan kandungan seperti protein dan serat sehingga tidak membutuhkan lauk lagi", terangnya. Mengakui keunggulan IPB, Fathy menyoroti bahwa dua kelompok tersebut lebih menguasai medan karena telah berkali-kali mengikuti ajang ini disamping analisis finansial dan presentasi yang memang lebih detail. "Selain itu, IPB juga mengangkat pangan yang memang familiar dengan lidah masyarakat Amerika Serikat seperti flakes dan puff , sementara kami mengangkat makanan yang sangat khas Indonesia dan belum dikenal di sana", paparnya. Mengunjungi Food Expo yang digelar dalam kesempatan tersebut, Anugerah Dany menyampaikan hasil pengamatannya bahwa makanan Amerika Serikat lebih banyak flour based (tepung) dan maize based (jagung). Bahkan di negeri Paman Sam ini, menurutnya marak juga pemanfaatan gula diabetes dan pemanis buatan seperti aspartame. Ditanya tentang rencana pengembangan penelitian ini, keduanya berencana untuk lebih mengembangkan komponen mikro dan in vivo dari penelitian saat ini yang masih berkisar pada komponen makro semata.
Beras Tiruan
     Dalam kompetisi yang mengambil tema "Provide Sustainable, Nutritional and Affordable Food for Family with Small Children" ini, mereka mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Fighting For Malnutrition in Indonesia By Production of Artificial Rice Based on Arrow Root and Cassava With Addition of Cowpea". Dengan bimbingan Wenny Bekti Sunarharum, STP, MFoodSt, dalam penelitiannya mereka membuat beras tiruan dari umbi-umbian dan kacang-kacangan. "Tidak semua umbi-umbian dan kacang-kacangan bisa dimanfaatkan dalam pembuatan beras tiruan ini. Karena itu untuk kacang-kacangan kami hanya menggunakan kacang tunggak sementara untuk umbi kami memakai garut dan singkong", ungkap Anugerah Dany.
     Dalam memilih ketiga bahan ini, mereka memiliki alasan tersendiri. Untuk singkong dan kacang tunggak misalnya, karena kedua bahan ini berturut-turut memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Sementara untuk garut, pemilihan ini didasarkan pada indeks glicemic yang rendah sehingga bagus untuk penderita diabetes mellitus. "Ketiga bahan ini kemudian kami campur", tambahnya. Untuk beras tiruan ini, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dimanfaatkan adalah karagenan yang berfungsi sebagai pengikat serta sorbitol, sebagai pemanis yang mampu menyerap energi.
     Untuk memproduksinya, mereka melakukan beberapa proses fisik yakni penepungan, pencampuran, granulasi dan pengeringan. "Untuk mengkonsumsi produk ini, konsumen perlu melakukan rehidrasi/menuangkan air", ujar Danial Fatchur.
     Keunggulan produk tersebut dibanding beras, menurut Danial adalah memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi, lebih mudah dicerna karena serat lebih halus serta proses fermentasi yang lebih cepat.
Karena keunggulan tersebut, mereka bertiga kemudian berinisiatif untuk menjadikannya sebagai alternatif solusi mengatasi malnutrisi di Indonesia. "Orang Indonesia itu kalau tidak makan nasi merasa belum makan, makanya kami membuat beras artifisial ini", ungkap Fathy. Untuk kejadian malnutrisi di Indonesia, ia menyebut beberapa kawasan diantaranya Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan ibu hamil.
     "Penelitian kami ini masih skala laboratorium dengan penonjolan isu pada keamanan pangan", ungkap Anugerah Dany.

KriJaNik: Kripik Jamur Organik

Keripik Jamur Tiram Organik. Jajanan yang lezat dan bergizi.

Rasa yang kami sediakan:
- Original -
- Barbeque -
- Ayam bakar -
- Pedas manis -
- Hot chily -

Harga KriJaNik (Keripik Jamur Organik) : (untuk ukuran 250 gram)
1. Original: Rp. 62.000
2. Barbeque, ayam bakar, pedas manis dan hot chily: Rp. 65.000

@ untuk pembelian eceran (250 gram): 
1. Original: Rp. 16.000
2. Barbeque, ayam bakar, pedas manis dan hot chily: Rp. 17.000


Harga KriJaNik (Keripik Jamur Organik) : (untuk ukuran 100 gram)
1. Original: Rp. 67.000
2. Barbeque, ayam bakar, pedas manis dan hot chily: Rp. 70.000

@ untuk pembelian eceran (100 gram): 
1. Original: Rp. 7.000
2. Barbeque, ayam bakar, pedas manis dan hot chily: Rp. 8.000

Pemesanan hubungi:
Fathy Faisal Bahanan (Malang)
GSM: 085790860300
CDMA: 0341 6438300

Minggu, 08 Agustus 2010

Ditolak Enam Menteri, Sukses di Amerika Serikat

      MALANG - Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil meraih penghargaan tingkat internasional di ajang lomba teknologi pangan internasional di Chicago Illinois USA.
      Temuan inovatif berupa beras tiruan atau artificial rice mereka dinyatakan menjadi solusi yang bermanfaat untuk mengatasi permasalahan kekurangan gizi yang seringkali dijumpai di negara berkembang. Menariknya karya ini sebelumnya pernah ditolak enam kementerian RI untuk mendapatkan pendanaan. “Kami pernah membawa proposal mengenai temuan ini ke enam kementerian negara RI, di antaranya menteri Pertanian, Menpora, Menristek dan lainnya tapi ditolak,” ungkap Fathy kepada Malang Post.


      Tim yang terdiri dari Fathy Bahanan, Danial Fatchurrahman, dan Anugerah Dany Priyanto ini mengikuti lomba pada 17-20 Juli lalu. Temuan beras tiruan ini ternyata mendapatkan apresiasi di ajang internasional yang diselenggarakan Institute of Food Technologist (IFT) di Amerika itu. Bahkan berhasil menjadi juara ke III mengalahkan 11 negara dengan 33 jenis proposal yang dilombakan. Beras tiruan ini bahannya sederhana saja. Yaitu berasal dari garut, singkong dan kacang tunggak. Berbagai jenis bahan lokal ini menjadi sumber utama pembuatan beras tiruan. Karena dibuat dengan tujuan untuk mengurangi mallnutrisi, beras ini tak seperti beras biasa yang hanya mengandung karbodhidrat. Tapi merupakan beras yang komplit nutrisinya, ada kandungan protein dan rasanya pun sedikit manis. Sehingga dimakan tanpa lauk pun rasanya masih enak.
     “Kacang tunggak memiliki protein yang tinggi, sehingga beras ini pun mengandung protein yang lebih banyak dibandingkan beras biasa,” jelasnya. Sayangnya karena belum ada peralatan yang pas untuk memproduksi beras, hasil produksi mahasiswa ini bentuknya masih terlalu besar. Proses pembuatannya pun belum praktis dan harus melalui beberapa tahapan. Mulai dari penggilingan bahan hingga menjadi bubuk, pengayakan, pencampuran dengan bahan kimia food grade, pencetakan, penguapan, pengeringan hingga pengemasan. Sementara jika menggunakan mesin seharusnya semua proses hanya dilakukan sekali saja.
“Di Indonesia belum ada mesin pembuatnya, yang kami tahu baru ada di Malaysia,” ujarnya.
      Karena proses yang cukup rumit itulah, harga beras ini masih sama mahalnya dengan harga beras kualitas super yaitu seharga Rp 8500 per kilo. Tapi punya kelebihan karena mengandung protein yang tinggi sebanyak 8,63 persen. Kedepan ia dan tim berkeinginan untuk mengembangkan beras menjadi bahan yang cocok dikonsumsi semua orang tidak hanya masyarakat gizi buruk saja.