Sabtu, 14 Agustus 2010

Dari Kompetisi Teknologi Pangan Internasional di USA

     Selama enam hari (17-23/7), tiga orang mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) berkesempatan mengunjungi Amerika Serikat. Ketiga mahasiswa tersebut adalah Anugerah Dany P (Jurusan Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2008), Fathy F. Bahanan (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007) dan Danial Fatchur R (Jurusan Teknik Pertanian angkatan 2007). Di negeri Paman Sam ini, mereka mengikuti ajang kompetisi pangan internasional yang diselenggarakan oleh Institute of Food Technologists (IFT). Ajang yang dikemas dalam "Developing Solutions for Developing Countries (DSDC)" ini merupakan upaya mendorong penerapan ilmu dan teknologi pangan khususnya pengembangan produk dan teknologi proses guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat negara berkembang. Kegiatan ini, menurut Fathy F. Bahanan merupakan serangkaian dari "Annual Meeting and Food Expo 2010" yang diselenggarakan IFT dengan sponsor utama General Mills Inc. Untuk DSDC, tambah Fathy, seleksi 33 proposal internasional dari 11 negara menyisakan tiga kelompok yang kesemuanya berasal dari Indonesia yakni IPB (2 kelompok) dan Univesitas Brawijaya (1 kelompok). Tampil sebagai pemenang untuk kelompok ini adalah juara I: IPB (Crantz Flakes), juara II: IPB (Zuper), dan juara III: Universitas Brawijaya (Fighting malnutrition through the production of artificial rice).
     Sementara untuk kompetisi nasional Amerika Serikat sendiri, menurut pengamatannya, diikuti bukan hanya mahasiswa program sarjana saja tetapi juga mahasiswa program magister dan program doktor. "Dalam ajang ini mereka mempresentasikan hasil penelitian dan inovasinya terutama berkaitan dengan pangan alternatif untuk negara berkembang di Asia dan Afrika", ujar Anugerah Dany. "Kebanyakan diantaranya makanan tinggi karbohidrat seperti chiki", tambahnya. Untuk juri, kata dia, pihak panitia melibatkan unsur akademisi, peneliti, asosiasi dan industri seperti Angela Mwaniki, PhD (Senior Scientist General Mills) dan Luis Fernandez (Application Technology Leader, Global Food Technology Group, Cargill Food Ingredients and Systems, Belgia).


     Khusus untuk materi dan hasil presentasinya, kepada PRASETYA Online Fathy menceritakan bahwa juri banyak mengkomentasi masalah analisis finansial, kualitas produk, teknologi, harga dan kemungkinan pengembangan ke arah industrialisasi. "Waktu itu juri menanyakan bau langu yang dikeluarkan kacang tunggak sebagai salah satu bahan beras artifisial kami", katanya. Hal ini, imbuhnya, dapat dihilangkan dengan mengecambahkan terlebih dahulu kacang tunggak, sebagai inhibitor yang mampu menghambat bau langu tersebut. "Untuk masalah harga, produk kami memang memiliki harga se-level dengan beras premium, karena lebih menonjolkan kandungan seperti protein dan serat sehingga tidak membutuhkan lauk lagi", terangnya. Mengakui keunggulan IPB, Fathy menyoroti bahwa dua kelompok tersebut lebih menguasai medan karena telah berkali-kali mengikuti ajang ini disamping analisis finansial dan presentasi yang memang lebih detail. "Selain itu, IPB juga mengangkat pangan yang memang familiar dengan lidah masyarakat Amerika Serikat seperti flakes dan puff , sementara kami mengangkat makanan yang sangat khas Indonesia dan belum dikenal di sana", paparnya. Mengunjungi Food Expo yang digelar dalam kesempatan tersebut, Anugerah Dany menyampaikan hasil pengamatannya bahwa makanan Amerika Serikat lebih banyak flour based (tepung) dan maize based (jagung). Bahkan di negeri Paman Sam ini, menurutnya marak juga pemanfaatan gula diabetes dan pemanis buatan seperti aspartame. Ditanya tentang rencana pengembangan penelitian ini, keduanya berencana untuk lebih mengembangkan komponen mikro dan in vivo dari penelitian saat ini yang masih berkisar pada komponen makro semata.
Beras Tiruan
     Dalam kompetisi yang mengambil tema "Provide Sustainable, Nutritional and Affordable Food for Family with Small Children" ini, mereka mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Fighting For Malnutrition in Indonesia By Production of Artificial Rice Based on Arrow Root and Cassava With Addition of Cowpea". Dengan bimbingan Wenny Bekti Sunarharum, STP, MFoodSt, dalam penelitiannya mereka membuat beras tiruan dari umbi-umbian dan kacang-kacangan. "Tidak semua umbi-umbian dan kacang-kacangan bisa dimanfaatkan dalam pembuatan beras tiruan ini. Karena itu untuk kacang-kacangan kami hanya menggunakan kacang tunggak sementara untuk umbi kami memakai garut dan singkong", ungkap Anugerah Dany.
     Dalam memilih ketiga bahan ini, mereka memiliki alasan tersendiri. Untuk singkong dan kacang tunggak misalnya, karena kedua bahan ini berturut-turut memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi. Sementara untuk garut, pemilihan ini didasarkan pada indeks glicemic yang rendah sehingga bagus untuk penderita diabetes mellitus. "Ketiga bahan ini kemudian kami campur", tambahnya. Untuk beras tiruan ini, Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dimanfaatkan adalah karagenan yang berfungsi sebagai pengikat serta sorbitol, sebagai pemanis yang mampu menyerap energi.
     Untuk memproduksinya, mereka melakukan beberapa proses fisik yakni penepungan, pencampuran, granulasi dan pengeringan. "Untuk mengkonsumsi produk ini, konsumen perlu melakukan rehidrasi/menuangkan air", ujar Danial Fatchur.
     Keunggulan produk tersebut dibanding beras, menurut Danial adalah memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi, lebih mudah dicerna karena serat lebih halus serta proses fermentasi yang lebih cepat.
Karena keunggulan tersebut, mereka bertiga kemudian berinisiatif untuk menjadikannya sebagai alternatif solusi mengatasi malnutrisi di Indonesia. "Orang Indonesia itu kalau tidak makan nasi merasa belum makan, makanya kami membuat beras artifisial ini", ungkap Fathy. Untuk kejadian malnutrisi di Indonesia, ia menyebut beberapa kawasan diantaranya Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan ibu hamil.
     "Penelitian kami ini masih skala laboratorium dengan penonjolan isu pada keamanan pangan", ungkap Anugerah Dany.

1 komentar: